Kamis, 30 Agustus 2012

Tuhan Aku Tak Pantas ke Syurga-Mu


Syair yang jika Kurenungi maknanya . . . selalu membuat hati ini menangis . . . menyadari betapa banyaknya dosa-dosa diri.

*** Ilah-i Lastu Lil Firdausi Ahla
.....Wahai Tuhan-ku Aku Bukanlah Ahli Syurga.....

*** Wala Aqwa Alannaril Jahiimi
.....Namun tak sanggup aku ke Nerakamu.......

*** Fahabli taubatan waghfir Dzunub-i
.....maka terimalah taubatku dan Ampunilah dosa-dosaku......

*** Fainnaka Ghofiruddzanbil Adziimi
.....Karena Sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun dosa-dosa besar.......

*** Dzunuubi Mislu Adadirrimaali
.......Dosaku Sebanyak butiran Pasir.......

*** Wa Umri Naaqishun fii Kulli yaumin
.......Umurku Terus berkurang setiap hari.......

*** Wa Dzanbi Zaaidun Kaifahtimaali
.......Dan Dosaku terus bertambah tanpa terperi.......

*** Ilahi Abdukal 'Aashii Ataakaa
.......Tuhanku . . . hambamu yang berlumurdosa ini bersimpuh padaMu.......

*** Muqirron Biddzunuubi waqod daakaa
.......Mengakui Dosa-Doa dan memohon Ampunanmu.......

*** Fain Taghfir Faanta Lidaaka Ahlu
.......Maka Jika Engkau Mengampuni maka Engkaulah yang Layak mengampuni .......

*** Wa In Tadrud . . . Faman Narjuu . . . Shiwaa-ka
.......Namun Jika Engkau tidak berkenan mengampuni kami . . . Maka kepada siapakah kami akan memohon . . . Selain kepada-MU.......

*** Fahabli Taubatan Ya Dzal Jalali
.......Maka Terimalah taubat kami Wahai Dzat yang Maha Agung.......

Don't wait ....... But Do it ^_^


1. Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu akan bahagia.

2. Jangan menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah, maka kamu semakin kaya.

3. Jangan menunggu termotivasi baru bergerak, tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi.

4. Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu peduli, tapi pedulilah dengan orang la
in! Maka kamu akan dipedulikan.

5. Jangan menunggu orang memahami kamu baru kamu memahami dia, tapi pahamilah orang itu, maka orang itu paham dengan kamu.

6. Jangan menunggu terinspirasi baru menulis, tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu.

7. Jangan menunggu proyek baru bekerja, tapi bekerjalah, maka proyek akan menunggumu.

8. Jangan menunggu dicintai baru mencintai, tapi belajarlah mencintai, maka kamu akan dicintai.

9. Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang, tapi hiduplah dengan tenang. Percayalah bukan sekadar uang yang datang tapi juga rejeki yang lainnya.

10. Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti, tapi bergeraklah, maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti.

11. Jangan menunggu sukses baru bersyukur, tapi bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu.

12. Jangan menunggu bisa baru melakukan, tapi lakukanlah! Maka kamu pasti bisa!

Dan … Jangan menunggu lama lagi untuk membagikan tulisan ini kepada semua orang yang anda kenal … sehingga kita semua tersadar …

(BY KATA-KATA HIKMAH)

Minggu, 26 Agustus 2012

Kelembutan Akhlak Rasulullah meluluhkan Hati Sang Yahudi

Kelembutan Akhlak Rasulullah


Alkisah . . . . Ketika Rasulullah SAW duduk bersama para sahabatnya, seorang pendeta Yahudi bernama Zaid bin Sa'nah masuk menerobos shaf, lalu menarik kerah baju Rasul dengan keras seraya berkata kasar, "Bayar utangmu, wahai Muhammad, sesungguhnya turunan Bani Hasyim adalah orang-orang yang selalu mengulur-ulur pembayaran utang."

Umar bin Khattab RA langsung berdiri dan menghunus pedangnya. "Wahai Rasulullah, izinkan aku menebas batang lehernya." Rasulullah SAW berkata, "Bukan berperilaku kasar seperti itu aku menyerumu. Aku dan Yahudi ini membutuhkan perilaku lembut. Perintahkan kepadanya agar menagih utang dengan sopan dan anjurkan kepadaku agar membayar utang dengan baik."

Tiba-tiba pendeta Yahudi berkata, "Demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak, aku datang kepadamu bukan untuk menagih utang. Aku datang sengaja untuk menguji akhlakmu. Tapi, aku telah membaca sifat-sifatmu dalam Kitab Taurat. Semua sifat itu telah terbukti dalam dirimu, kecuali satu yang belum aku coba, yaitu sikap lembut saat marah. Dan aku baru membuktikannya sekarang. Oleh sebab itu, aku bersaksi tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah dan sesungguhnya engkau wahai Muhammad adalah utusan Allah. Adapun piutang yang ada padamu, aku sedekahkan untuk orang Muslim yang miskin."

Itulah kemuliaan akhlak Rasulullah, sang teladan yang telah dipuji Allah sebagai nabi dengan akhlaknya berada di atas semua akhlak yang agung. Kelembutan dan kesabaran dijadikan sebagai manhaj dalam berdakwah. Ucapannya lembut, sikapnya lembut, dan perilakunya dalam semua aktivitas dakwahnya adalah kelembutan, kecuali sikap yang membutuhkan ketegasan.

Rasul SAW pernah mengingatkan Siti Aisyah saat bersikap kasar. "Sesungguhnya Allah Mahalembut dan menyukai kelembutan dan Allah memberi dampak positif pada kelembutan yang tidak diberikan kepada kekerasan. Dan tiada kelembutan pada sesuatu kecuali akan menghiasinya dan bila dicabut kelembutan dari sesuatu akan menjadikannya buruk." (HR Muslim). Rasulullah juga menegaskan bahwa barang siapa yang tidak memiliki kelembutan maka akan dijauhkan dari kebaikan. (HR Muslim).

Kekerasan dan perilaku anarkis akan merugikan Islam dan umatnya. Beliau selalu menyeru umatnya agar bersikap lembut. Beliau bersabda, "Sikap hati-hati (tidak tergesa-gesa), kesederhanaan, dan perilaku lembut adalah bagian dari 24 ciri kenabian." (HR at-Tirmidzi).

Umat Islam wajib bersikap lembut dalam menghadapi berbagai situasi dan tantangan. Banyak musuh-musuh Allah yang selalu memprovokasi agar umat Islam bersikap ekstrem, bertindak anarkis, dan melakukan teror.

Sikap dan perilaku tidak terpuji itu, akan menzalimi dan mendorong non-Muslim antipati terhadap Islam.

Kelembutan merupakan akhlak yang mampu mendekatkan manusia kepada Islam. Allah menjelaskan, "Maka, disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." (QS Ali Imran 159).

sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/06/06/lmdnge-kelembutan-nabi
________________________

Minggu, 19 Agustus 2012

Indahnya Ukhuwah Islamiyah


“seorang muslim yang saling bertemu dan mengucapkan salam, kemudian berjabat tangan, maka dosa-dosanya akan berguguran, sebagaimana gugurnya daun-daun pepohonan yang kering”. (HR. Imam Al-Baihaqi)

“Jangan kalian saling dengki, saling benci, saling menjerumuskan, saling membelakangi dan jangan sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR Bukhari dan Muslim).

DALAM Islam, tidak ada satupun aspek yang tidak terkait dengan ketuhanan. Termasuk dalam etika pertemanan (al-suhbah). Imam al-Ghazali menyebutnya -- pertemanan yang baik -- sebagai salah satu rukun agama. Dikatakannya, bahwa agama (al-din) itu sesungguhnya safar (berpergian) menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan salah satu pilar ber-safar adalah berbaik hati ketika berteman (Al-Ghazali, al-Arba’in fi Ushul al-Din,84).

Karena menjadi rukun agama, maka pertemanan yang baik (husnu al-suhbah) itu termasuk menjadi faktor baik tidaknya kualitas keberagamaan seorang muslim. Oleh sebab, itu ia --husnu al-suhbah -- menjadi tanda pengenal seorang mu’min.

Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukan dari golongan kami orang yang tidak mengasihi anak-anak kecil kami dan tidak menghormati orang-orang yang tua kami.” (HR. Bukhori).

Artinya, Rasulullah mendiskualifikasi orang-orang yang tidak berbuat baik terhadap anak-anak kecil dan orang yang tua. Bukan mendiskualifikasi keluar dari keislamannya, akan tetapi keluar dari akhlak sebagai seorang yang menyatakan diri umat Rasulullah. Seorang muslim sejati itu pasti berbuat baik kepada mereka. Jika tidak, keislamanya belum sempurna.

Sebagai salah satu rukun agama, maka perintah husnu al-suhbah itu tidak sembarangan. Ada aturan dan etikanya. Agar supaya pilar itu kokoh, tidak rapuh. Kuat dan tidak mudah digoyang godaan. Maka, pilar itu mesti diisi dengan sesuatu yang menguatkannya.

Sehingga hunsnu al-suhbah itu wajib dijalin kerena Allah bukan yang lain. Rasulullah bersabda: “7 golongan yang akan mendapatkan naungan pada saat di mana tidak ada naungan kecuali naungan Allah : Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, seseorang yang hatinya senantiasa terkait dengan masjid, dua orang yang saling cinta karena Allah, bersatu dan berpisah di atasnya, seseorang yang diajak berzina oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan namun pemuda tersebut berkata, ‘Aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan ia menyembunyikan sedekahnya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta seseorang yang berdzikir kepada Allah sendirian hingga meneteskan air mata.” (HR.Bukhari Muslim).

Sahabat Mu’adz bin Jabal pernah mendengar nasihat dari Nabi tentang keutamaan menyambung persahabatan karena Allah. Diceritakan Mu’adz, bahwa orang-orang muslim yang mengikat persahabatan dan silaturahmi karena Allah dan saling mencintai di antara mereka akan mendapatkan cinta Allah di akhirat kelak. (HR. Ahmad).

Ini menjunjukkan memang husnu al-suhbah itu ajaran yang cukup agung dalam Islam. Betapa tidak, ia menjadi rukun agama, tanda keimanan dan faktor kebahagiaan di akhirat.

Maka, persahabatan yang baik sesama Muslim itu dibangun bukan untuk tujuan-tujuan yang sifatnya materialis dan sementara. Bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya. Persahabatan untuk tujuan-tujuan ini sifatnya rapuh dan mudah runtuh. Karena sifatnya sementara dan sekedar memenuhi hasrat nafsu pribadi. Jika -- dalam persahbatan itu -- kepuasannya habis, maka persahabatannya terancam putus. Makanya persahabatan dengan niat yang ini bukan disebut husnu al-suhbah. Husnu al-Suhbah itu persahabatan yang dijalin dengan iman.

Jalinan dalam husnu al-suhbah itu merupakan jalinan rabbaniyyah, maka janganlah memilih teman secara sembarangan. Pilihlah yang bisa membimbing iman. Rasulullah telah memberi petunjuk agar tidak berteman duduk kecuali dengan teman yang memberi manfaat agama. Dan diperintah untuk berhati-hati berkawan dengan orang yang mengabaikan perintah agama (ahl al-ghoflah).

Rasulullah bersabda: “Bersendirian itu lebih baik daripada berteman duduk dengan orang jahat. Berteman dengan orang sholih itu lebih baik daripada bersendirian.” (HR. al-Hakim dan Baihaqi).

Dijelaskan oleh Imam al-Ghazali bahwa hadis tersebut di atas melarang untuk berkawan dengan orang yang melalaikan perintah agama. Bahwa sering-sering duduk-duduk bersama mereka bisa mengerus agama.

Rasulullah bersabda: “Seseorang tergantung atas agama temannya, maka hendaknya salah seorang kalian meneliti siapa yang dijadikan sebagai temannya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

Imam al-Ghazali menggambarkan seseorang yang berkawan akrab dengan mereka sama dengan orang yang benang bajunya terlepas satu persatu. Atau digamparkan seperti bulu jenggotnya terlepas satu persatu. Jika terus-terusan, maka bajunya sudah tidak berbentuk lagi kerena benangnya habis, atau bulu jenggotnya hilang seperti dicukur habis. Orang yang melepas benang dan mencabut bulu itu digambarkan sebagai teman yang ahl al-ghoflah. Artinya, jika terus-menerus berkawan akrab dengan mereka, maka iman kita akan luntur.

Karena begitu penting, maka menjalin husnu al-suhbah ada etikanya. Di antaranya, hendaklah tawadlu dengan teman sesama Muslim, jangan menunjukkan sikap bangga diri, sombong dan hasud, sebab akan merusak jalinan bersahabatan. Jangan sampai tidak menyapa lebih dari tiga hari. Rasulullah memperingatkan: “Tidak dihalalkan bagi seorang muslim tidak menyapa saudara (sesama muslim) lebih dari tiga hari.” (HR. Bukhari Muslim).

Hidari sikap menghibah apalagi mengadu domba. Rasulullah bersabda, “Jangan kalian saling dengki, saling benci, saling menjerumuskan, saling membelakangi dan jangan sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR Bukhari dan Muslim).

Kepada teman, juga disunnahkan untuk selalu mengucapkan salam dan bersalaman ketika bertemu. Dan diutamakan kita memulai dulu mengucapkannya. Jika sakit, kita jenguk. Mendoakan dan memberi hadiah.

Mendoakan teman dianjurkan tidak didepannya, tapi yang utama mendoakannya ketika tidak dihadapan teman. Saling menasihati dengan kata santun dan penuh kecintaan.

Jika melakukan kesalahan, maka ingatkan dengan baik tanpa rasa membenci. Allah berfirman:

فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيلَ

“Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.” (QS. Al-Hijr: 85).

Jadi, pertemanan itu menjadi nilai ibadah jika diniati dan dijalin sesuai dengan perintah agama. Pertemanan akan sia-sia jika sekedar untuk mencari kesenangan sementara atau kepuasan sesaat. Jalinan ini akan menjadi penguat iman kita bila dijalin berdasarkan ilmu bukan nafsu. Oleh sebab itu, jangan sembarangan teman, pilihlah yang beriman.*/Kholili Hasib


Red: Cholis Akbar

http://hidayatullah.com/read/22112/09/04/2012/pilihkan-sahabat-yang-baik-iman-nya.html

Rabu, 25 Juli 2012

Kebeningan Hatinya Mengantarnya ke Syurga


Suatu hari . . . Rasulullah sedang duduk di masjid dikelilingi para sahabat. Beliau tengah mengajarkan ayat-ayat Qur’an.

Tiba-tiba Rasulullah berhenti sejenak dan berkata,”Akan hadir diantara kalian seorang calon penghuni surga”. Para sahabat pun bertanya-tanya dalam hati, siapakah orang istimewa yang dimaksud Rasulullah ini?.

Dengan antusias mereka menunggu kedatangan orang tersebut. Semua mata memandang ke arah pintu.

Tak berapa lama kemudian, seorang laki-laki melenggang masuk masjid. Para sahabat heran, inikah orang yang dimaksud Rasulullah?

Dia tak lebih dari seorang laki-laki dari kaum kebanyakan. Dia tidak termasuk di antara sahabat utama. Dia juga bukan dari golongan tokoh Quraisy. Bahkan, tak banyak yang mengenalnya. Pun, sejauh ini tak terdengar keistimewaan dia.

Ternyata, kejadian ini berulang sampai tiga kali pada hari-hari selanjutnya. Tiap kali Rasulullah berkata akan hadir di antara kalian seorang calon penghuni surga, laki-laki tersebutlah yang kemudian muncul.

Maka para sahabat pun menjadi yakin, bahwa memang i-laki itulah yang dimaksud Rasulullah. Mereka juga menjadi semakin penasaran, amalan istimewa apakah yang dimiliki laki-laki ini hingga Rasulullah menjulukinya sebagai calon penghuni surga?

Akhirnya, para sahabat pun sepakat mengutus salah seorang di antara mereka untuk mengamati keseharian laki-laki ini. Maka pada suatu hari, sahabat yang diutus ini menyatakan keinginannya untuk bermalam di rumah laki-laki tersebut. Si laki-laki calon penghuni surga mempersilakannya.

Selama tinggal di rumah laki-laki tersebut, si sahabat terus-menerus mengikuti kegiatan si laki-laki calon penghuni surga. Saat si laki-laki makan, si sahabat ikut makan. Saat si laki-laki mengerjakan pekerjaan rumah, si sahabat menunggui.

Tapi ternyata seluruh kegiatannya biasa saja. “Oh, mungkin ibadah malam harinya sangat bagus,” pikirnya. Tapi ketika malam tiba, si laki-laki pun bersikap biasa saja.

Dia mengerjakan ibadah wajib sebagaimana biasa. Dia membaca Qur’an dan mengerjakan ibadah sunnah, namun tak banyak. Ketika tiba waktunya tidur, dia pun tidur dan baru bangun ketika azan subuh berkumandang.

Sungguh, si sahabat heran, karena ia tak jua menemukan sesuatu yang istimewa dari laki-laki ini. Tiga malam sang sahabat bersama sang calon penghuni surga, tetapi semua tetap berlangsung biasa. Apa adanya.

Akhirnya, sahabat itu pun pun berterus terang akan maksudnya bermalam. Dia bercerita tentang pernyataan Rasulullah. Kemudian dia bertanya, “Wahai kawan, sesungguhnya amalan istimewa apakah yang kau lakukan sehingga kau disebut salah satu calon penghuni surga oleh Rasulullah? Tolong beritahu aku agar aku dapat mencontohmu”.

Si laki-laki menjawab, “Wahai sahabat, seperti yang kau lihat dalam kehidupan sehari-hariku. Aku adalah seorang muslim biasa dengan amalan biasa pula. Namun ada satu kebiasaanku yang bisa kuberitahukan padamu.

Setiap menjelang tidur, aku berusaha membersihkan hatiku . . . Kumaafkan orang-orang yang menyakitiku dan kubuang semua rasa iri, dengki, dendam dan perasaaan buruk kepada tetangga, sahabat-sahabat dan semua saudaraku sesama muslim.

Hingga aku tidur dengan tenang dan hati bersih serta ikhlas. Barangkali itulah yang menyebabkan Rasulullah menjuluki demikian.”

Mendengar penjelasan itu, wajah sang sahabat menjadi berseri-seri. “Terima kasih kawan atas hikmah yang kau berikan. Aku akan memberitahu para sahabat mengenai hal ini”. Sang sahabat pun pamit dengan membawa pelajaran berharga.

Subhanallah . . .

Semoga Alloh mengaruniai kita semua hati yang suci bersih . . . Amin Allohumma Amin.

Kisah Taubatnya Malik bin Dinar -Rohimahullah


Kehidupanku dimulai dengan kesia-siaan, mabuk-mabukan, maksiat, berbuat zhalim kepada manusia, memakan hak manusia, memakan riba, dan memukuli manusia. Kulakukan segala kezhaliman, tidak ada satu maksiat melainkan aku telah melakukannya. Sungguh sangat jahat hingga manusia tidak menghargaiku karena kebejatanku.

Malik bin Dinar Rohimahullah menuturkan: Pada suatu hari, aku merindukan pernikahan dan memiliki anak. Maka kemudian aku menikah dan dikaruniai seorang puteri yang kuberi nama Fathimah.

Aku sangat mencintai Fathimah. Setiap kali dia bertambah besar, bertambah pula keimanan di dalam hatiku dan semakin sedikit maksiat di dalam hatiku.
Pernah suatu ketika Fathimah melihatku memegang segelas khamr, maka diapun mendekat kepadaku dan menyingkirkan gelas tersebut hingga tumpah mengenai bajuku. Saat itu umurnya belum genap dua tahun. Seakan-akan Allah Subhanahu wa Ta'ala -lah yang membuatnya melakukan hal tersebut.



Setiap kali dia bertambah besar, semakin bertambah pula keimanan di dalam hatiku. Setiap kali aku mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala selangkah, maka setiap kali itu pula aku menjauhi maksiat sedikit demi sedikit. Hingga usia Fathimah genap tiga tahun, saat itulah Fathimah meninggal dunia.

Maka akupun berubah menjadi orang yang lebih buruk dari sebelumnya. Aku belum memiliki sikap sabar yang ada pada diri seorang mukmin yang dapat menguatkanku di atas cobaan musibah. Kembalilah aku menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Setanpun mempermainkanku, hingga datang suatu hari, setan berkata kepadaku: “Sungguh hari ini engkau akan mabuk-mabukan dengan mabuk yang belum pernah engkau lakukan sebelumnya.” Maka aku bertekad untuk mabuk dan meminum khamr sepanjang malam. Aku minum, minum dan minum. Maka aku lihat diriku telah terlempar di alam mimpi.

Di alam mimpi tersebut aku melihat hari kiamat.
Matahari telah gelap, lautan telah berubah menjadi api, dan bumipun telah bergoncang. Manusia berkumpul pada hari kiamat. Manusia dalam keadaan berkelompok-kelompok. Sementara aku berada di antara manusia, mendengar seorang penyeru memanggil: Fulan ibn Fulan, kemari! Mari menghadap al-Jabbar. Aku melihat si Fulan tersebut berubah wajahnya menjadi sangat hitam karena sangat ketakutan.

Sampai aku mendengar seorang penyeru menyeru namaku: “Mari menghadap al-Jabbar!”

Kemudian hilanglah seluruh manusia dari sekitarku seakan-akan tidak ada seorangpun di padang Mahsyar. Kemudian aku melihat seekor ulat besar yang ganas lagi kuat merayap mengejar kearahku dengan membuka mulutnya. Akupun lari karena sangat ketakutan. Lalu aku mendapati seorang laki-laki tua yang lemah. Akupun berkata: “Hai, selamatkanlah aku dari ular ini!” Dia menjawab: “Wahai anakku aku lemah, aku tak mampu, akan tetapi larilah kearah ini mudah-mudahan engkau selamat!”

Akupun berlari kearah yang ditunjukkannya, sementara ular tersebut berada di belakangku. Tiba-tiba aku mendapati api ada dihadapanku. Akupun berkata: “Apakah aku melarikan diri dari seekor ular untuk menjatuhkan diri ke dalam api?” Akupun kembali berlari dengan cepat sementara ular tersebut semakin dekat. Aku kembali kepada lelaki tua yang lemah tersebut dan berkata: “Demi Allah, wajib atasmu menolong dan menyelamatkanku.” Maka dia menangis karena iba dengan keadaanku seraya berkata: “Aku lemah sebagaimana engkau lihat, aku tidak mampu melakukan sesuatupun, akan tetapi larilah kearah gunung tersebut mudah-mudahan engkau selamat!”

Akupun berlari menuju gunung tersebut sementara ular akan mematukku. Kemudian aku melihat di atas gunung tersebut terdapat anak-anak kecil, dan aku mendengar semua anak tersebut berteriak: “Wahai Fathimah tolonglah ayahmu, tolonglah ayahmu!”

Selanjutnya aku mengetahui bahwa dia adalah putriku. Akupun berbahagia bahwa aku mempunyai seorang putri yang meninggal pada usia tiga tahun yang akan menyelamatkanku dari situasi tersebut. Maka diapun memegangku dengan tangan kanannya, dan mengusir ular dengan tangan kirinya sementara aku seperti mayit karena sangat ketakutan. Lalu dia duduk di pangkuanku sebagaimana dulu di dunia.

Dia berkata kepadaku:
“Wahai ayah, “belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” (Qs. Al-Hadid:16)



Maka kukatakan: “Wahai putriku, beritahukanlah kepadaku tentang ular itu.”
Dia berkata: “Itu adalah amal keburukanmu, engkau telah membesarkan dan menumbuhkannya hingga hampir memakanmu. Tidakkah engkau tahu wahai ayah, bahwa amal-amal di dunia akan dirupakan menjadi sesosok bentuk pada hari kiamat? Dan lelaki yang lemah tersebut adalah amal shalihmu, engkau telah melemahkannya hingga dia menangis karena kondisimu dan tidak mampu melakukan sesuatu untuk membantu kondisimu. Seandainya saja engkau tidak melahirkanku, dan seandainya saja tidak mati saat masih kecil, tidak akan ada yang bisa memberikan manfaat kepadamu.”

Dia Rohimahullah berkata: Akupun terbangun dari tidurku dan berteriak: “Wahai Rabbku, sudah saatnya wahai Rabbku, ya, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” Lantas aku mandi dan keluar untuk shalat subuh dan ingin segera bertaubat dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dia Rohimahullah berkata:
Akupun masuk ke dalam masjid dan ternyata imampun membaca ayat yang sama:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” (Qs. Al-Hadid: 16)
.....

Itulah kisah taubatnya Malik bin Dinar Rohimahullah yang beliau kemudian menjadi salah seorang imam generasi tabi'in, dan termasuk ulama Basrah. Dia dikenal selalu menangis sepanjang malam dan berkata: “Ya Ilahi, hanya Engkaulah satu-satunya Dzat Yang Mengetahui penghuni sorga dan penghuni neraka, maka yang manakah aku di antara keduanya? Ya Allah, jadikanlah aku termasuk penghuni sorga dan jangan jadikan aku termasuk penghuni neraka.”

Malik bin Dinar Rohimahullah bertaubat dan dia dikenal pada setiap harinya selalu berdiri di pintu masjid berseru: “Wahai para hamba yang bermaksiat, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai orang-orang yang lalai, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai orang yang melarikan diri (dari ketaatan), kembalilah kepada Penolong-mu! Penolong-mu senantiasa menyeru memanggilmu di malam dan siang hari. Dia berfirman kepadamu: “Barangsiapa mendekatkan dirinya kepada-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekatkan diri-Ku kepadanya satu hasta. Jika dia mendekatkan dirinya kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekatkan diri-Ku kepadanya satu depa. Siapa yang mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari kecil.”

Aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar memberikan rizki taubat kepada kita. Tidak ada sesembahan yang hak selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.

Malik bin Dinar Rohimahullah wafat pada tahun 130 H. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmatinya dengan rahmat-Nya yang luas. (Misanul I'tidal, III/426).

Selasa, 24 Juli 2012

Belajar dari Keledai


Alkisah, di suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam, sementara si petani sibuk memikirkan langkah apa yang harus dilakukannya.

Akhirnya, si petani mengambil keputusan dramatis. Dengan alasan si keledai itu sudah tua dan sumur juga perlu di timbun ( di tutup karena berbahaya ), jadi tak ada gunanya menolong si keledai. Malah dia mengajak para tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.

Pada mulanya, si keledai menyadari apa yang sedang terjadi dan dia menangis penuh kesedihan. Tapi kemudian semua orang takjub karena si keledai menjadi diam justru setelah orang-orang bermaksud menguburnya hidup-hidup.
Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani dan tetangganya melihat ke dalam sumur. Mereka tercengang dengan apa yang dilihatnya...

Walaupun punggungnya terus tertimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Dia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.

Sementara para tetangga si petani terus menuangkan tanah ke atas punggung hewan itu dan si keledai terus mengguncang-guncangkan badannya lalu melangkah naik. Setapak demi setapak. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncat ke tepi sumur dan membebaskan diri… ^_^

***

“ Begitu juga hidup ini, setiap masalah-masalah merupakan satu pijakan untuk terus melangkah….kita dapat keluar dari masalah yang sangat berat dengan terus berjuang dan pantang menyerah...”

Entah ini adalah waktu kita yang terbaik atau waktu kita yang terburuk...
tapi inilah satu-satunya waktu yang kita miliki saat ini…
manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya...

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=388984204498702&set=a.342237099173413.84003.285010011562789&type=1&ref=nf