Rabu, 30 Mei 2012

Maafkan Aku Bidadariku, Sungguh Engkau Anugerah Terindah Bagiku


Selera makanku mendadak hilang. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh… betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop ini rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin nggak ketulungan. “Istriku, kapan kau dapat memasak dengan benar…? Selalu saja, kalau tak keasinan…kemanisan, kalau tak keaseman… ya kepedesan!” Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu.

”Sabar Bang…, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul…? ” ucap isteriku kalem.
“Iya… tapi abang kan manusia biasa. Abang belum bisa sabar seperti Rasul. Abang tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini…!” Jawabku dengan nada tinggi. Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya sudah merebak.

***
Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan ‘baiti jannati’ di rumahku. Namun apa yang terjadi…? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal pecah. Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta pora di dapur, dan cucian… ouw… berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan detergen tapi tak juga dicuci.

Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada. “ Dek.. Dek, bagaimana Abang tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini…?” ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Dek… isteri sholihat itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah…?” Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu.

“Ah…wanita gampang sekali untuk menangis…,” batinku berkata dalam hati. “Sudah diam Dek, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihat…? Isteri shalihat itu tidak cengeng,” bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai dipipinya.
“Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena memang Adek tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja untuk jalan saja susah.Adek kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali,” ucap isteriku diselingi isak tangis. “Abang nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda…” Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.

***
"Bang…, nanti antar Adek ngaji ya…?” pinta isteriku.
“Aduh, De… Abang kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?” ucapku.
“Ya sudah, kalau abang sibuk,Adek naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan,” jawab isteriku.
“Lho, kok bilang gitu…?” selaku. “
"Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Adek gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam bus dengan suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa,” ucap isteriku lagi.
“Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja,” jawabku ringan.

Meeting hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai.

Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. “Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu,” aku membathin sendiri.

Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah. Dug! Hati ini menjadi luruh. “Oh….bukankah ini sandal jepit isteriku?” tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus. “Maafkan aku Maryam,” pinta hatiku.

“Krek…,” suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab ibunya. Beberapa menit setelah kepergian dua teman istriku itu, kembali melintas teman-temannya yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar.

Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh gamis gelap dan jilbab hitam melintas. “Ini dia istriku!” pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya.

Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri. Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku.

Aku benar-benar menjadi malu . Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi. Padahal Rasul telah berkata: “Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya.” Sedang aku..? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku…? terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa menjadi suami terdzalim!

“Maryam…!” panggilku, ketika tubuh berbaya gelap itu melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum bahagia. “Abaaaaang…!” bisiknya pelan dan girang. Sungguh, aku baru melihat isteriku segirang ini. “Ah, kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?” sesal hatiku.

***
Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. “Alhamdulillah, Terima kasih ya Bang…,”ucapnya dengan suara tulus.

Ah, Maryam, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud dan ‘iffah sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku...?


oOo

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku.” (HR Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam “ash-shahihah”: 285)

Rasulullah juga bersabda :

"Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Bila ia benci darinya satu akhlak niscaya ia ridha dengan akhlak yang lain"

Berdasar hadits di atas cerita ini hanyalah sebagai motivasi bagi yang telah membangun sebuah keluarga, bagi yang belum berkeluarga silakan diambil manfaatnya.


||*Bila Suamimu atau Istrimu lebih mencintai 'Dunia. Ajaklah ia utk lebih mencintai 'Akherat. Bila istrimu atau suamimu sdh mencintai Akherat. Ajaklah sedikit menikmati dunia. Dlm mewujudkan kel. Sakinah hrs ada tenggang rasa ke2 wujud diri itu. Saling mengisi kekurangan2 dlm diri. Mengisi kebaikan demi tujuan mulia adalah perbuatan mulia dimata Allah. Dan Allah menyukai hamba2Nya yg beriman & bertaqwa hanya krn`Nya.Yuk ajak suami atau istri kita agar mempertebal iman & taqwa. Amin. Wslm *|| @mbarsari.setiadi

http://www.facebook.com/pages/Rahasia-Ketajaman-Mata-Hati/242357185306

Sabtu, 19 Mei 2012

Tanda Cinta dari-Nya



Kita mudah sekali terlena jika mendapat kenikmatan Dunia, Rumah Mewah, Mobil mewah, Jabatan tinggi, Anak-anak, Popularitas, kekayaan dll . . . . Hingga kita Melupakan Alloh s.w.t Sang Maha Pemberi Ni'mat . . . serta Melupakan kehidupan Akhirat yang Abadi Selamanya . . . tujuan kita yang sebenarnya.

Padahal semua yang kita miliki di Dunia ini ini pada hakikatnya bukanlah milik kita . . . tapi hanya titipan sementara dari-Nya yang bisa di Ambil sewaktu-waktu oleh sang Empu-Nya.

Dunia yang sebentar ini jika dibanding Akhirat bagai setetes Air dibanding Luasnya Samudra tak Bertepi.

Kita Begitu terlena oleh kenikmatan yang Setetes, Hingga Melupakan Samudra Kenikmatan yang Abadi di Akhirat nanti, sungguh penyesalan yang tiada taranya.

Karena itu Alloh 'menyentil sayang' kita dengan Ujian hidup . . . dengan kebangkrutan, PHK, dengan gagalnya Rumah tangga yang selama ini jauh dari Alloh, dengan kematian orang yang kita sayangi, dengan kecelakaan yang membuat kita menyadari Arti Hidup yang sebenarnya.

Bahwa hidup di dunia ini bukanlah tujuan utama . . . namun sebagai persinggaan sementara untuk kehidupan kita yang Abadi selamanya.

Itulah Tanda Cinta dari-Nya ^_^

(By Fatum - Hamba Alloh yang Rindu Indahnya Ukhuwah meski dalam perbedaan)

Sabtu, 12 Mei 2012

Kampus Vs Universitas Kehidupan

Dalam kehidupan Keluarga dan bermasyarakat . . . Ilmu yang kita dapatkan dari bangku kuliah mungkin hanya terpakai maximal 20% saja, sisanya kita harus belajar sendiri dari Pengalaman & buku.


Bagi Wanita : Bagaimana menata hati dalam menghadapi ipar dan mertua, Ilmu tentang merawat bayi, mendidik anak di usia balita, mendidik anak remaja, bagaimana menumbuhkan rasa Syukur dan Qona'ah, mensupport suami yang sedang bersedih karena bermasalah di kantor atau rekan Bisnisnya, bagaimana menata hati menghadapi tetangga dan teman yang iri akan kesuksesan keluarga kita dll

Bagi Pria : Bagaimana Memulai dan menjalankan Bisnis yang baik, bagaimana Menjadi Ayah yang bertanggung jawab, Memimpin keluarga dengan tegas namun penuh kelembutan dan kasih sayang, Bagaimana menata hati ketika diamanhi menjadi seorang pemimpin di Lingkungan Sekitar dll

Semua itu tidak diajarkan dalam kuliah . . . tapi InsyaAllah ada semua dalam buku dan dalam pengalaman orang-orang di sekitar kita, dan saya menyebutnya dengan Universitas Kehidupan.

Orang yang Lulus Kuliah dan mendapat Prestasi tinggi di Universitas Formal . . . belum tentu Lulus dan Berprestasi dalam Universitas kehidupan, Demikian juga sebaliknya.

Mereka yang hanya Lulusan SD atau SMP bisa lebih sukses Menjadi Pebisnis yang Berhasil, menjadi Seorang Pemimpin yang baik di tauladani oleh orang-orang di sekitarnya, Menjadi Seorang Ayah yang dikagumi atau Seorang Istri dan Ibu yang sangat baik dan sangat disayangi Suami dan Anak-anaknya . . . semua itu karena ia selalu belajar dan tak pernah berhenti belajar di Universitas yang sesungguhnya, Universitas Kehidupan.

Belajar itu tidak berhenti hanya ketika kita Memakai Toga . . . karena orang disekitar kita tidak peduli kita lulusan dari mana atau seberapa banyak tittle di depan atau belakang nama kita . . . tapi mereka sangat mengharap dan menunggu, kontribusi apa yang bisa kita berikan untuk mereka, manfaat apa yang bisa kita berikan bagi orang-orang di sekitar kita . . . karena Sesuai dengan yang di ajarkan Rasulullah : "sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya ".

Semoga kita bisa terus belajar dan terus belajar, sehingga kita bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi sebanyak mungkin Hamba Alloh Yang Lain dan Pada saat Malaikat Maut Menjemput kita nanti . . . kita sudah Melakukan banyak hal yang terbaik yang kita Persembahkan Untuk Sang Kholiq yang telah memberi Anugerah kehidupan bagi kita.

Semoga Alloh mengaruniai Akhir hidup kita semua dalam Keridhoan-Nya, Rodhiyatan mardhiyyah . . . Meninggal dengan Akhir yang baik, Husnul Khotimah . . . Amin Amin Ya Alloh Robbal Alamin.

(By Fatum - Hamba Alloh yang Rindu Indahnya Ukhuwah Meskipun dalam Perbedaan)

Jadilah Kaya Tapi Jangan Tertipu Olehnya


Dari Amr bin ‘Auf ra, Rasulullah saw bersabda,

فَوالله مَا الفَقْرَ أخْشَى عَلَيْكُمْ ، وَلكِنِّي أخْشَى أنْ تُبْسَط الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا ، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أهْلَكَتْهُمْ

Demi Allah. Bukanlah kemiskinan yg aku khawatirkan menimpa kalian. Akan tetapi aku khawatir ketika dibukakan kepada kalian dunia sebagaimana telah dibukakan bagi orang2 sebelum kalian. Kemudian kalian pun berlomba-lomba dalam mendapatkannya sebagaimana orang2 yg terdahulu itu. Sehingga hal itu membuat kalian menjadi binasa sebagaimana mereka dibinasakan olehnya (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Ka’ab bin ‘Iyadh ra, Rasulullah saw bersabda,

إنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً ، وفِتْنَةُ أُمَّتِي : المَالُ

Sesungguhnya setiap umat memiliki fitnah, sedangkan fitnah ummatku adalah harta (HR. Tirmidzi, dia berkata: hadits hasan sahih’)

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda,

انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ ؛ فَهُوَ أجْدَرُ أنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ الله عَلَيْكُمْ

Lihatlah kepada orang yg lebih rendah daripada kalian -dalam hal dunia- dan janganlah kalian melihat orang yg lebih di atasnya. Karena sesungguhnya hal itu akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat yg Allah berikan kepada kalian (HR. Muslim)

Dari Shuhaib ra, Rasulullah saw bersabda,

عَجَباً لأمْرِ المُؤمنِ إنَّ أمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خيرٌ ولَيسَ ذلِكَ لأَحَدٍ إلاَّ للمُؤْمِن : إنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكانَ خَيراً لَهُ ، وإنْ أصَابَتْهُ ضرَاءُ صَبَرَ فَكانَ خَيْراً لَهُ

Sangat mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Dan hal itu tidak didapatkan kecuali pada diri orang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan maka dia bersyukur. Dan apabila dia mendapatkan kesusahan maka dia akan bersabar (HR. Muslim)

Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah saw bersabda,

اللَّهُمَّ لاَ عَيْشَ إِلاَّ عَيْشَ الآخِرَةِ

Ya Allah tidak ada kehidupan yg sejati selain kehidupan akhirat
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah saw bersabda,

إنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإنَّ الله تَعَالَى مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ

Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah ta’ala menyerahkannya kepada kalian utk diurusi kemudian Allah ingin melihat bagaimana sikap kalian terhadapnya. Maka berhati-hatilah dari fitnah dunia dan wanita” (HR. Muslim)

Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah saw bersabda,

كُنْ في الدُّنْيَا كَأنَّكَ غَرِيبٌ ، أَو عَابِرُ سَبيلٍ

Jadilah kamu di dunia seperti halnya orang asing atau orang yang sekedar numpang lewat/musafir (HR. Bukhari)

Dari Sahl bin Sa’id as-Sa’idi ra, Rasulullah saw bersabda,

لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ

Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dg sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir
(HR. Tirmidzi, dan dia berkata: ‘hadits hasan sahih’)

Dari Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah saw bersabda,

مَا لِي وَلِلدُّنْيَا ؟ مَا أَنَا في الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

Ada apa antara aku dengan dunia ini? Tidaklah aku berada di dunia ini kecuali bagaikan seorang pengendara/penempuh perjalanan yg berteduh di bawah sebuah pohon. Kemudian dia beristirahat sejenak di sana lalu meninggalkannya
(HR. Tirmidzi, dia berkata: ‘hadits hasan sahih’)